WELCOME !

Selamat datang teman-teman semua, di blog ini Insya Allah kita dapat memetik manfaatnya..

Rabu, 17 Desember 2014

IQRO

Sepulang dari kampus saya bergegas menuju salah satu toko buku untuk mencari dan membeli sebuah buku best seller yang sudah terbit sejak tahun 80-an bahkan mungkin kurang dari itu. Buku ini tidak pernah berubah baik dari segi konten maupun cover bukunya. Bahkan kertas yang digunakan untuk membuat buku ini masih sama; kertas buram yang menggambarkan buku-buku tempo dulu.

Sesampainya di toko buku, saya langsung mencari ke bagian buku-buku Islam. Tak memerlukan waktu lama akhirnya saya menemukan buku tersebut terpampang di rak buku paling depan. Tanpa menunggu lama lagi saya langsung meraih buku itu dan bergegas menuju kasir.

Sesampainya di meja kasir, sesuatu hal yang mengejutkan terjadi. Dikarenakan hujan turun begitu derasnya, atap bangunan tidak mampu menahan air dan akhirnya para (langit-langit) toko buku tersebut jebol. Bruaakk!! Air masuk dan mengguyur rak yang berisi buku-buku dengan ragam varian judul itu. Celakanya, tidak hanya satu tempat yang bocor tetapi ada sekitar 4-6 tempat yang bocor. Alhasil para pegawai toko tersebut panik dan segera mangamankan buku-buku tersebut dari serangan air. Tak mau tinggal diam, saya beserta para pengunjung lainnya ikut membantu dengan cara memindahkan buku-buku ke tempat yang aman dan menggeser rak agar tidak terkena air. Setelah beberapa menit akhirnya buku dapat terselamatkan. Namun keadaan toko buku tersebut acak-acakan dengan rak buku yang tak beraturan dan air yang menggenang di sana-sini.

Setelah selesai dengan atap yang bocor saya kembali ke kasir untuk membayar buku yang saya beli. Saat mengantre di meja kasir, saya melihat orang yang berada di depan maupun di belakang saya membeli banyak buku dengan judul yang keren. Ada yang membeli buku tentang motivasi, filsafat, teknologi, novel dan komik. Biaya yang mereka keluarkan untuk buku-buku tersebut pun tidaklah sedikit, yaa cukup lah untuk membeli 2 pasang ban becak. He

Sementara saya hanya membeli satu buah buku tipis yang harganya tak seberapa. Mungkin jika dibandingkan, biaya yg saya keluarkan hanya 1/40 dari biaya yang dikeluarkan oleh satu orang di depan saya. Si teteh kasir pun bertanya, “Cuma ini aja mas?”, saya jawab “Ya”.

Ibarat pergi ke Mall tapi hanya membeli rokok 2 batang, begitulah gambaran saya saat itu. Di saat orang lain membeli buku-buku tebal, kontemporer dan juga relative mahal, saya hanya membeli sebuah buku jadul dengan harga yang relative terjangkau. Tapi tidak kemudian itu membuat saya rendah diri. Saya tegap dan mantap melangkah ke meja kasir dengan buku yang saya tenteng. Dalam pikiran saya, buat apa saya malu, mereka membeli banyak buku dengan biaya yang selangit tapi dengan buku itu mereka hanya mampu menggenggam sebagian saja dari kebahagiaan dunia, sementara dengan buku saya ini, saya mampu menggenggam dunia dan akhirat.

Buku tersebut adalah IQRO. Buku yang sejak dulu telah membantu banyak orang agar bisa membaca Al-Quran, termasuk saya. Walaupun saat ini banyak metode mempermudah agar mampu membaca Al-Quran, tetapi IQRO tetap eksis dan keberadaannya tidak dapat tergantikan.

Buku ini saya hadiahkan untuk seseorang yang saat ini sedang disibukkan dengan aktivitas mengasuh keponakannya yang masih kecil. Di samping bermain, belajar membaca dan menghitung, tentu saja mangajarkan al-Quran adalah yang paling utama. Semoga sedikit usaha ini mampu menghadirkan terang dalam gulita, mencetak generasi mujahid di tengah derasnya arus dekadensi moral dan kebobrokan akhlaq yang melanda anak-anak di negeri ini.

Selamat mengasuh, selamat mendidik :) 

Selasa, 16 September 2014

Instrospeksi Diri

Saat kita berbuat kesalahan, terkadang kita lupa atau bahkan enggan untuk memaafkan diri kita sendiri 
Memvonis diri kita bersalah, bodoh, hina, dsb 
Menutup rapat pintu maaf untuk diri kita
Menolak seluruh pengakuan dan penghargaan dari orang lain untuk kita

Benar kita kuasa atas diri kita
Benar kita mempengaruhi diri kita
Benar kita mempola alur pemikiran dan perasaan kita
Tapi ketahuilah, kita tidak mau menjadi orang yang bersalah, bodoh, hina dsb bahkan jika sebutan itu keluar dari mulut kita

Kita adalah teman sejati bagi diri kita yang lain
Diri kita yang baik dan diri kita yang buruk
Jika tak ada orang lain yang menghargai kita
Jika tak ada orang lain yang menyayangi kita
Jika tak ada orang lain yang mengakui kita
Maka kita lah satu satunya orang yang bisa menghargai, menyayangi dan mengakui kita

Jika hari ini diri kita yang baik yang muncul dalam diri kita
Jagalah diri kita dari kesombongan
Jagalah diri kita dari keangkuhan
Jagalah diri kita dari kelalaian

Jika hari ini diri kita yang buruk yang menyapa kita
Membuat kita terpuruk
Membuat kita membusuk
Membuat kita terasing dalam kesendirian yang terus merasuk
Seakan duri duri tak berhenti menusuk

Hargailah diri kita
Maafkan diri kita
Percaya pada diri kita
Tak ada kita yang bahagia dalam kesediahan
Tak ada kita yang sedih dalam kebahagiaan

Sampai saatnya tiba
Kita adalah kita yang baru
Kita adalah kita yang utuh
Karena kita adalah kita yang selalu.....
Membutuhkan diri kita

Senin, 01 September 2014

GITAR

         Sudah sebulan ini sebuah gitar allegro menghiasi kamarku, bukan menghiasi tepatnya tapi membuat kamar yang sudah sempit ini semakin sempit. Untungnya belum pernah aku kejedot atau kejedug gitar ini. Mungkin dia tak berani macam-macam kepadaku, karena dia sadar kalau dia mencelakakanku, maka dia akan berakhir di tong sampah. Yah, aku memang tak pernah punya keinginan untuk memiliki sebuah gitar atau jago gitar.
         Lalu, kenapa gitar ini bisa ada di kamarmu bir?
         Oke, sebelum aku ceritakan, kita sepakati dulu untuk menyebut si gitar dengan sebutan "kebul". Aku memberi nama dia "kebul" karena pas aku pertama ketemu dia, dia dalam keadaan kebul (berdebu).
         Sekitar satu tahun yang lalu kebul dibeli oleh temanku dari toko gitar. Namun, sesaat setelah ia dibeli, kebul harus ditinggalkan oleh temanku, pemiliknya, yang harus kuliah ke luar kota dan menetap disana. Alhasil, kebul sendirian dalam sarung gitar yang menjadi rumahnya selama setahun terakhir, tak ada yang menatapnya apalagi menggenjrengnya. Kasian.
Karena empatiku yang begitu besar, akhirnya aku memutuskan untuk menyelamatkan kebul dari kesendiriannya. Setelah melalui negosiasi yang tidak alot akhirnya kebul bersamaku, tuannya yang baru.
         Malam pertama, aku tidak menyentuhnya sama sekali. Buat apa? aku nggak bisa main gitar soalnya, cuma hapal beberapa kunci dasar aja. Hehe. Sebenarnya tujuanku yang asli adalah untuk menjualnya kembali dengan harga yang lebih mahal dibanding saat aku membelinya. Hehe (jangan kasih tau si kebul)! Tapi entah mengapa aku seperti berat hati untuk menjualnya kembali, malah muncul keinginan untuk mengenalnya lebih dalam.
         Esok harinya aku mulai browsing cara-cara main gitar, mulai dari chord, cara memetik gitar dsb. Setelah aku rasa cukup membaca teori teori tentang gitar, akhirnya aku mulai mengeluarkan kebul dari rumahnya, ku lap dengan tisyu basah. Setelah mengkilap aku mulai menggenjreng, mempraktikan teori teori gitar yang aku baca sebelumnya.
         Ternyata tak semudah yang aku bayangkan, 2 minggu pertama jemariku chukit (baca:sakit). Mungkin karena belum terbiasa, atau karena tidak punya bakat main gitar 
         Tapi aku tak menyerah, ku coba terus dan terus. ya walaupun tidak sangat intens bermain bersama si kebul, tapi aku mulai terbiasa memainkan beberapa chord dan akhirnya sekarang, ya, saat ini, aku berhasil memainkan beberapa lagu, kebanyakan sih lagu gita gutawa  
         Tapi bukan bisa memainkan lagu gita gutawa yang membuat aku bahagia, tapi aku mendapat pelajaran berharga dari pertemananku dengan kebul yaitu "lamun keyeng pasti pareng", "man jadda wajada", "if there's a will there's a way", "jika ada kemauan pasti ada jalan". Yah, mungkin aku bisa menerapkannya untuk menggapai cita-citaku yang lain 

Kamis, 21 Agustus 2014

Bismillah


Setelah cukup lama tak menulis dikarenakan tersibukan oleh beberapa kegiatan, akhirnya bisa menulis lagi. Inspirasi tulisan ini saya dapatkan setelah menonton film Angels and Demons yang diangkat dari novel karya Dan Brown dengan judul yang sama dan dilanjut dengan membaca novel KEMI 2 karya Adian Husaini. Highly Recommended lah buat dua karya besar ini! :)

         Sebelum zaman Renaissance pada abad ke-14, gereja sebagai sumber dogma-dogma kristen mendominasi seluruh aspek kehidupan manusia khusunya di Eropa. Keputusan gereja yang bersifat mutlak tidak dapat dibantahkan walau dengan kebenaran yg dapat dibuktikan secara ilmiah.Sebut saja Galileo Galilei dan Nicolas Copernicus yang menjelaskan serta meyakini teori Heliosentris (Matahari sebagai pusat tata surya) yang menghempaskan teori geosentris ala gereja (Bumi sebagai pusat tata surya). Akibat perbedaan inilah mereka divonis mati.
         Saat itu memang saat-saat yang gelap gulita bagi perkembagan ilmu pengetahuan. Bagi sebagian orang, khususnya mereka yg mengagungkan ilmu pengetahuan, sudah barang tentu kejadian ini memupuk dan menumbuhkan rasa benci bagi gereja (agama), sebut saja Illuminati, sebuah gerakan bawah tanah yang mempunyai keyakinan bahwa agama sudah tidak relevan lagi dengan zaman yang semakin modern dan tidak boleh menjadi landasan dalam kehidupan manusia karena hanya akan menjadikan manusia sebagai sesuatu yg jumud, mandek dan tidak berkembang. Bahkan mereka meyakini bahwa ilmu pengetahuan bisa mengalahkan agama. Akhirnya, mereka dapat membuktikan bahwa setelah Renaissance, Eropa yang sudah mulai melepaskan diri dari dogma dogma agama menjadi maju, bahkan menjadi pusat peradabaan sampai sekarang.
         Dari fakta sejarah di atas, tidak salah kiranya jika saya mengatakan bahwa cara berpikir seperti inilah yang kemudian mendukung atau bahkan melahirkan paham sekularisme, di mana paham ini menolak dominasi agama dalam seluruh aspek kehidupan. Dunia harus dipisahkan dengan akhirat.
         Di Indonesia sendiri paham ini sudah sangat merajalela pada seluruh lapisan masyarakat. Percaya atau tidak, terasa atau tidak, di negara yang berpenduduk mayoritas muslim banyak diantara muslim-muslim itu sendiri yang menolak syariat islam sebagai landasan hidup bernegara. Banyak alasan mengapa mereka menolak. Ada yang mengatakan bahwa syariat islam hanya akan menindas minoritas (non-islam), ataupun ada yg berasumsi bahwa syariat hanya akan memecah belah rakyat yang mejemuk dan heterogen. Tak heran jika mereka berpikiran seperti itu karena fakta sejarah yang menjadi dasar pemikirannya adalah Eropa. Dimana orang-orang eropa yang bahkan sampai saat ini tidak bisa mengkolaborasikan agama dan sains sebagai sesuatu yang harmonis. Padahal jika seseorang menjalankan agama tanpa ilmu, niscara ia akan tertinggal. Dan jika ia memegang erat ilmu pengetahuan tanpa didasari agama, niscaya ia akan celaka. Albert Einstein mengatakan, "Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang!"
         Islam sebagai rahmatan lil-alamin memang mengajarkan umatnya untuk senantiasa melihat sejarah, apapun itu. Karena dengan melihat sejarah, orang akan mendapatkan pelajaran dan hikmah dalam setiap kejadian dan fakta sejarah yang ia ketahui. Namun tentu dalam memahami sejarah pun kita harus selektif, jangan menelan sejarah tersebut bulat-bulat. Kita harus bisa mencocokkan fenomena sejarah yang dapat dijadikan contoh untuk permasalahan saat ini.
         Khushushan untuk polemik di Indonesia terkait dengan agama (syariat islam) yang ingin dijadikan dasar negara, saya pikir sangat keliru jika kita melihat dan mengambil contoh pada Eropa. Tetapi lihatlah Rasulullah dan KhulafaurRasyidin. Mereka mampu mempersatukan umat yang berbeda agama dalam satu naungan yaitu syariat Islam. Aman, tentram, damai, itulah yang dirasakan saat Islam mengatur kehidupan seluruh manusia saat itu. Ya, karena islam adalah syamil (mencakup segala sendi-sendi kehidupan). Jika ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan dengan islam, maka orang tersebut belum sepenuhnya membaca dan memahami islam.

Wallahu'alam Bishshawab...

Sabtu, 26 Juli 2014

BARU

                                          بسم الله الرحمن الرحيم

         Ramadhan selalu menjadi babak baru dalam kehidupan umat islam bahkan manusia secara keseluruhan. Fenomena-fenomena ke-baru-an selalu hadir baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tentunya yang dimaksud baru di sini adalah sesuatu hal yang tidak dimiliki oleh bulan manapun selain bulan Ramdhan. Fenomena ke-baru-an yang disengaja tentu sering kita dapati karena hal ini selalu terjadi setiap Ramadhan tiba. Mulai dari shaf masjid yang penuh tiap kali shalat berjamaah dilakukan, berjejernya pedagang-pedangan ta'jil seperti kolak, sop buah, dsb., aktifitas ngabuburit, ceramah subuh, main petasan bareng, mabit, pembagian THR, mudik dan masih banyak lagi hal-hal yang baru. Namun satu hal yang pasti, semua itu selalu ditutup dengan BAJU BARU.

         Selain hal-hal baru di atas, pada Ramadhan tahun ini ada beberapa hal baru yang cukup menjadi perhatian khalayak, khususnya penulis. Pertama, munculnya Juara Piala Dunia BARU. Bagi para penggemar sepak bola, tentu turnamen piala dunia kali ini sangat menarik. Hal-hal yang di luar perkiraan bahkan terjadi saat awal-awal turnamen. Juara bertahan Spanyol yang kandas 1-5 dari Belanda yang kemudian harus angkat koper terlebih dahulu, munculnya tim-tim underdog seperti Kostarika, Aljazair dan yang lainnya yang mampu merepotkan bahkan mengalahkan tim-tim unggulan, tuan rumah Brasil yang hanya mampu finish di posisi ke-4, sampai Jerman yang berhasil menjadi juara usai mengalahkan Argentina lewat sepakan voly Mario Gotze di menit-menit akhir perpanjangan waktu.

         Selain juara Piala Dunia yang BARU, tentu yang kedua adalah munculnya Presiden Indonesia BARU. Setelah menjabat selama dua periode, Susilo Bambang Yudhoyono tentu tidak bisa mencalonkan diri kembali sebagai presiden. Itu artinya Indonesia akan mempunyai presiden baru. Dua calon pun muncul; 1. Prabowo Subianto, 2. Joko Widodo. Sebelum KPU mengumumkan hasil rekapitulasi Pilpres 2014 tanggal 22 Juli 2014, suasana politik di Indonesia semakin memanas. Isu-isu agama, politik, sosial, HAM, dan yang lainnya seakan menjadi senjata untuk melemahkan lawannya. Media yang kian masif memberitakan isu-isu tersebut membuat suasana semakin tak karuan. Akhirnya, pada tanggal 22 Juli 2014 KPU secara resmi mengumumkan hasil rekapitulasi pilpres 2014 yang dimenangkan oleh pasangan nomor urut 2; Joko Widodo-Jusuf Kalla. Namun, perjalanan politik Indonesia dalam menemukan presiden BARU ternyata belum berhenti sampai di sana. Beberapa pihak menggugat keputusan KPU yang disinyalir cacat hukum karena beberapa hal bertentangan dengan konstitusi. Akhirnya, rakyat harus bersabar untuk benar-benar mendapatkan presiden yang akan memimpin Indonesia 5 tahun ke depan.
Satu hal yang membuat saya kecewa dengan pilpres kali ini adalah pilihan Gita Gutawa yang berbeda dengan pilihan saya T_T (jangan dipikirkan :p)

         Hadirin Rahimakumullah -asa khutbah. Selain juara Piala Dunia BARU, Presiden Indonesia BARU, dan baju lebaran BARU, tentu kita berharap ada satu ke-baru-an lagi yang hadir di akhir bulan Ramdhan ini, yaitu perdamaian (baca: kemenangan) rakyat Palestina. Sudah terlalu lama rakyat Palestina dibisingkan dengan suara-suara peluru dan rudal tentara biadab zionis Israel, sudah terlalu basah tanah suci palestina oleh darah anak-anak syuhada yang mati oleh kejahatan tentara terkutuk zionis Israel. Terlalu banyak "sudah" :'(
Mudah-mudahan, Ramdhan kali ini menjadi babak baru bagi kehidupan umat islam yang lebih baik.

         Satu lagi, teruntuk rekan rekan yang mempunyai rencana hidup yang baru seperti, sekolah/kuliah di tempat yang baru, usaha yang baru, dan rencana-rencana hidup lainnya semoga Allah mudahkan, Allah lancarakan dan Allah ridhai. Aamiin :)

Kamis, 26 Juni 2014

Lagi, jika tak mampu..

Dulu, saya pernah mendengar sebuah kisah. Entah hadis atau bukan, yang jelas begini kisahnya..

        Ada dua orang lelaki yang memiliki pemahaman yang dalam terhadap agama. Dua duanya memilki semangat dakwah yang menggebu-gebu. Suatu hari, ke-dua lelaki ini diminta mengisi khutbah di kampung sebelah. Namun, mereka harus menyebrangi sebuah sungai besar agar dapat sampai ke tempat tujuan.
        Beberapa waktu sebelum keberangkatan mereka, hujan turun sangat deras sehingga mengakibatkan air sungai meluap. Jika memaksakan untuk menyebrangi sungai, akan sangat berbahaya. Di saat seperti inilah muncul perbedaan pendapat di antara ke-dua lelaki tersebut. Lelaki yang pertama memilih maju terus walau harus menyebrangi sungai yang dapat merenggut nyawanya kapan saja. Sementara lelaki kedua memilih mundur karena merasa ragu bisa menyebrangi sungai yang begitu tinggi dan deras airnya.
        Walaupun berbeda pendapat dan tindakan, keduanya tetap dibenarkan. Lelaki pertama merasa yakin dirinya bisa menyebrangi sungai, ia juga berpikir bahwa dakwah tentu mempunyai risiko. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun untuk berdakwah, termasuk kesempatan berkhutbah di kampung sebelah. Semangat dakwahnya begitu berkobar sebagaimana orang yang baru saja melihat surga. Ia berpikir jika ia mati dalam perjalanannya berdakwah, maka surga-dengan segala kenikmatan- yang akan menjadi balasannya.
        Lelaki kedua pun dibenarkan atas pendapat dan tindakannya. Ia merasa ragu bisa menyebrangi sungai dengan selamat, akhirnya ia memilih mundur karena ia tahu setiap yang meragukan harus ditinggalkan. Ia juga berpikir bahwa di dalam berdakwah tidak boleh ceroboh, ada hak-hak yang harus dipenuhi saat berdakwah, salah satunya keselamatan. Seorang yang sedang berperang tetap harus menjaga keselamatannya, tidak bisa menancabkan dirinya pada tombak musuh agar ia menjadi syahidin. 

Islam itu tidak sulit, bahkan mudah. Ketika kita tidak sanggup shalat dengan berdiri, maka shalatlah dengan cara duduk, jika tak mampu dengan duduk, berbaring, jika tak mampu berbaring, dengan isyarat. Ketika kita tidak kuat untuk shaum sampai terbenam matahari, maka berbukalah. Jika kita tak mampu untuk berzakat/infak, tak usah. 
Intinya, jika tak mampu, jangan memaksakan, namun tetaplah berusaha sekemampuan :)(Menemani detak jarum jam menikamati malam, 11.58 pm) 

Selasa, 03 Juni 2014

Pergi

         Kali ini malam tak bisa menguatkanku. Tiap kali ku meninggi ke atas langit tuk mencari jawaban tapi awan tak mengizinkanku. Ku coba menyelam ke dalam laut tapi dia enggan dan membeku. Aku terdampar di bumi dengan seribu tanya.
Apa yang harus aku lakukan?
Mungkinkah ini akan berakhir?

"Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya, dan tenteram pula dalam hati. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa, dan ragu-ragu dalam hati, meski orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkanmu."[1]

        Sudah ku putuskan, aku harus pergi meninggalkan kegelapan ini walau harus merelakan bintang. Sudah ku tetapkan, aku harus berlari menuju pagi. Menyapa siang menuju kehidupan yang baru, meski ku tahu siang tak selamanya indah; menusuk relung hati dengan teriknya sinar mentari. Karena aku hanya seorang lelaki yang merasakan dinginnya angin malam dan teriknya matahari.

*Pembaringan, 11.21
[1]. HR. Muslim

Kamis, 15 Mei 2014

Bahagia yang Membahagiakan

                                                                                 بسم الله الرحمن الرحيم

         Dalam salah satu ceramahnya, Ust. Eka Permana Habibillah pernah menerangkan tentang makhluk yang ada di bumi. Ada 3 kategori makhluk (berdasarkan cara bergeraknya, pen). Pertama, ada yang disebut dengan jamada, yaitu makhluk Allah yang tidak bisa bergerak, contohnya batu-batuan. Kedua, ada makhluk yang terkategorikan nabaatat, yaitu makhluk yang hanya bisa bergerak ke atas dan ke bawah saja, contohnya tumbuh-tumbuhan. Ketiga, ada makhluk yang disebut dengan hayawanat, yaitu makhluk Allah yang bisa bergerak ke mana saja. Contohnya binatang dan manusia.

         Selain dapat bergerak ke semua arah, manusia juga merupakan makhluk yang tidak bisa berdiam di satu tempat. Coba bayangkan ketika manusia harus berhenti bergerak dalam keadaan sadar hanya dalam waktu 1-2 jam saja, benar-benar tidak bergerak. Pasti muncul rasa kesal dan ingin segera bergerak, kecuali nenek-nenek atau kakek-kakek yang sudah sepuh banget, biasanya mereka kuat berdiam diri tanpa gerakan apapun. Artinya, jika ada ada orang, apalagi anak muda, yang kerjaannya tidur, ngelamun seperti orang yang malas gitu, mereka tak ubahnya seperti seorang nenek atau kakek yang udah sepuh banget! hehe

         Karena manusia itu bergerak (dinamis), maka banyak aktivitas yang dilakukan, baik yang bersifat rutinitas, ataupun yang bersifat insidental. Makan, minum, masak, belajar, bekerja, menyapu, ngureuk (mencari belut), ngecrik (mencari ikan menggunakan jaring) dan masih banyak lagi aktivitas yang manusia lakukan. Namun, dari sekian banyak aktivitas yang mereka lakukan, muncul satu pertanyaan besar, apa yg mereka cari? Jika boleh digeneralisir, selama hidupnya manusia mencari kebahagiaan. Tentu saja manusia ingin bahagia. Semua yang manusia lakukan, apapun yang manusia usahakan pada dasarnya hanya untuk meraih kebahagiaan.

         Ada yang bahagia dengan harta. Asal duitnya bergepok-gepok, nominal di atmnya belasan digit, rumahnya megah, mobilnya banyak, sawahnya berpetak-petak, perusahaannya mempunyai cabang dimana-mana, ia bahagia. Ada duit ia sumringah, nggak ada duit ia gelisah. Ada yang bahagia dengan wanita. Saat ia dikelilingi wanita cantik, serasa di surga. Apalagi kalau wanita yang suka padanya disukai banyak lelaki, ngefly!. Ada juga yang bahagia dengan jabatan. Ia akan berusaha untuk meningkatkan status jabatannya sampai ia ada di posisi pucuk (baca:puncak). Orang yang gila jabatan akan menghalalkan segala cara agar ia dapat berkuasa. Namun, semua faktor di atas hanya akan memberikan kebahagiaan semu. Karena kebahagiaan yang hakiki adalah mardlatillah (ridla Allah). Inilah yang seharusnya menjadi tujuan seorang muslim.

ان الذين قالوا ربنا الله ثم استقموا فلا خوف عليهم ولا هم يحزنون

         "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan 'Tuhan kami adalah Allah' kemudian mereka tetap istiqamah (konsisten) maka tidak akan menimpa rasa takut bagi mereka dan tidak pula merasa sedih." (QS. Al-Ahqaf : 13)

         Dengan kata lain, merekalah orang yang berbahagia. Itulah yang dicari seorang muslim dalam hidup.
         Namun, untuk mendapatkan mardlatillah  tidaklah mudah. Ibnu Katsir mengatakan bahwa ada dua syarat yang harus dimiliki seorang muslim jika ingin amalnya diterima. Yaitu ikhlas dan sesuai dengan contoh Rasulullah SAW.

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

"....Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan Rabbnya dengan sesuatupun dalam beribadah." (QS. Al-Kahfi : 110)

         Ibnu Katsir mengatakan, ““Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh”, maksudnya adalah sesuai dengan syariat Allah (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen). Dan “janganlah ia mempersekutukan Rabbnya dengan sesuatupun dalam beribadah”, maksudnya selalu mengharap ridla Allah semata dan tidak berbuat syirik pada-Nya.” Kemudian beliau mengatakan, “Inilah dua rukun diterimanya ibadah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[1]

         Semoga apa yang kita usahakan berbuah mardlatillah. Aamiin
         Wallahu'alamu bishshawab
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[1]. http://muslim.or.id/aqidah/dua-syarat-diterimanya-ibadah.html (dengan sedikit penyuntingan)

Jumat, 09 Mei 2014

Refleksi Gerakan Islam di Indonesia

Oleh Biri Rachman[1]


         Prof. Hazairin, S.H.; Guru Besar Fakultas Hukum UI pernah berkata, "Beribadahlah sesuai agama masing-masing. Maksudnya, negara RI wajib melaksanakan syariat Islam bagi umat Islam, syariat Nasrani bagi umat Nasrani, dan seterusnya.."[2]

         Perkataan beliau tidaklah cacat hukum, karena sejalan dengan bunyi pasal 29 ayat 2 UUD 1945 "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu". Artinya, setiap warga negara dipersilakan untuk melaksanakan syariat agamanya masing-masing. Tak terkecuali Islam, jika berlandaskan pada pasal 29 ayat 2 UUD 1945 di atas, kaum muslimin akan diberikan keleluasaan bahkan jaminan jika melaksanakan syariat Islamnya secara sempurna (kaffah).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ


         "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah : 208)

         Sayangnya, bukannya mendapat jaminan dari negara, orang-orang yang hendak melaksanakan Islam secara sempurna malah dicurigai sebagai seseorang yang akan mengancam stabilitas NKRI. Stigma ini muncul karena 3/4 abad yang lalu, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945 seusai Soekarno membacakan teks proklamasi, Moh. Hatta kedatangan seorang perwira Angkatan Laut Jepang yang mengaku membawa pesan dari golongan Katolik dan Protestan. Pesan yang ia bawa berisi penolakan masyarakat Indonesia timur yang beragama Kristen atas anak-kalimat yang berbunyi "dengan menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya", yang terdapat dalam pembukaan (Preambule) UUD 1945. Jika anak-kalimat itu diteruskan, kelompok Kristen Protestan dan Katolik mengancam, "Lebih suka berdiri di Luar Republik Indonesia."[3]

         Sejak kejadian itulah, stigma negatif tentang penegakkan syariat Islam yang akan mengancam stabilitas NKRI terus berkembang dan bertahan sampai sekarang. Hal ini diperparah dengan gerakan de-islamisasi (penghilangan nilai-nilai Islam) yang dilakukan oleh orang-orang yang benci Islam dalam segala aspek, termasuk pendistorsian dan manipulasi sejarah kontribusi Islam bagi kemerdekaan Indonesia, sehingga banyak orang Islam sendiri yang apatis dan antipati terhadap gerakan penegakkan syariat Islam di Indonesia. Sungguh ironis!!

         Kecurigaan terhadap gerakan penegakkan Islam bahkan sudah terjadi sejak dulu. Pejuang kemerdekaan yang juga mempunyai cita-cita menegakkan syariat Islam seperti S.M. Kartosoewirjo[4], Abdul Qahar Mudzakkar[5] dan Tengku Muhammad Daud Beureu'eh[6] dianggap sebagai penghianat negara karena hendak menegakkan syariat Islam di bumi pertiwi. Islam seakan duri bagi bangsa Indonesia. Kehadirannya bagaikan pisau yang akan menyayat-nyayat bangsa Indonesia. Apakah benar Islam merupakan benalu bagi bangsa Indonesia? kalau benar Islam merupakan benalu bagi bangsa Indonesia, lantas apa yang menggerakan para pejuang geriliya di Singaparna, Indramayu, Surabaya, Aceh sehingga mereka rela mengorbankan nyawa demi kemerdekaan Indonesia?
-To be continued-

Wallahu A'lamu Bishshawab
------------------------------------------------------------------------------------------------------
[1]. Hamba Allah, Mahasiswa Pend. Bhs. Arab FPBS UPI. Aktif di Ikatan Pelajar Persis
[2]. Lihat "Trilogi Kepemimpinan Negara Islam Indonesia",Irfan S. Awwas hal 397
[3]. Prof. Dr. Mahfud MD (Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia, mantan Menteri Pertahanan RI era Presiden Abdurrahman Wahid). "Indonesia merdeka, 17 Agustus 1945 pukul 10 pagi. Pada sore harinya sekitar pukul 17.00 ada tamu yang mengaku mewakili masyarakat Indonesia bagian Timur dengan menyatakan, "Pak Hatta, saya dengar besok PPKI akan mengadakan rapat, saya adalah wakil dari Indonesia timur, apabila tujuh kata dalam piagam Jakarta itu ditetapkan, maka kami masyarakat Indonesia timur tidak akan ikut Indoneisa, lebih baik kami dijajah kembali". Selanjutnya Hatta mengatakan bahwa orang timur itu diantar oleh Maeda (pemimpin tertinggi militer Jepang).
Pertanyaan yang muncul adalah, siapakah yang dimaksud orang timur itu? siapakah yang memberikan mandat kepada orang itu untuk mewakili masyarakat Indonesia Timur? Dan manakah yang dimaksud dengan 'timur' itu, apakah Jakarta timur, jawa timur, atau Indonesia bagian timur? karena apabila yang dimaksud adalah Indonesia bagian Timur, maka hal itu tidak masuk akal. Sebab, untuk sampai ke Jawa Timur saja orang membutuhkan waktu dua hari, apalagi Indonesia Timur.
Penegasan Hatta yang menyatakan bahwa wakil masyarakat Indonesia timur itu diantar oleh Maeda ia tuangkan dalam bukunya sendiri. Padahal, merujuk pada Tempo yang terbit pada bulan Agustus 1985, ternyata Maeda yang masih hidup memberikan kesaksiannya kepada Seiko Ogawa (Wartawan Tempo yang mewawancarainya di Tokyo). "Benarkah anda mengantarkan orang Timur kepada Hatta untuk meminta agar tujuh kata dalam piagam Jakarta dihapuskan?" Maeda pun menjawab, "Hatta adalah kawan saya, tetapi saya tidak pernah mengantarkan orang untuk mencoret tujuh kata dalam piagam Jakarta kepadanya."
Berdasarkan disertasi yang ditulis oleh Bolland tahun 1971, dinyatakan bahwa "Pencoretan tujuh kata tersebuh adalah konspirasi Soekarno-Hatta. Sedangkan orang timur yang dimaksud tidak ada sama sekal. Menurut disertasi itu juga, hal itu dilakukan karena jauh sebelum Indonesia merdeka, Jepang telah berpesan bahwa kalian boleh merdeka asalakan jangan Negara Islam.
(Makalah dan dialog dengan Prof. Dr. Mahfud MD, disampaikan dalam seminar bertema "Politik Hukum Islam di Indonesia", yang diselenggarakan oleh Fakultas Syari'ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 25 Nopember 2006, bertempat di Aula Balai Diklat Departemen Sosial Yogyakarta.)
[4]. Pejuang Syariah Islam asal perbatasan Jawa tengah-Jawa Timur (Baca juga referensi yang lain)
[5]. Pejuang Syariah Islam asal Sulawesi (Baca juga referensi yang lain)
[6]. Pejuang Syariah Islam asal Aceh (Baca juga referensi yang lain)

Minggu, 04 Mei 2014

PAHLAWAN CUKIL

Namanya Rasyid, namun ia sering disebut Encid oleh orang-orang. Sekitar satu abad yang lalu, saat orang-orang pribumi berjuang mengusir penjajah dari bumi pertiwi, ia dilahirkan. Rasyid muda menikah dengan seorang gadis bernama Tasri dan dikaruniai sebelas orang anak, puluhan cucu, dan puluhun cicit.

Lahir di awal abad ke-20 membuat Rasyid harus berusaha menyingkirkan para penjajah dan memperjuangkan hak dirinya, keluarganya serta tanah airnya. Namun, karena keterbatasan finansial ia tak bisa seperti Soekarno ataupun Hatta yang mengenyam bangku pendidikan. Walau begitu, semangat perjuangannya tetap berkobar-kobar.

Pada suatu hari di tahun 40-an sebelum kemerdekaan, Rasyid mendapat informasi bahwa akan dilaksanakan penyerangan terhadap penjajah di daerah Renglasdengklok (tempat Soekarno di culik oleh para pemuda). Mendengar informasi tersebut, Rasyid begitu bersemangat untuk ikut serta berjuang menumpas penjajahan di Indonesia. Sayangnya, Rasyid ditolak untuk bergabung ke dalam barisan tentara yang akan melakukan serangan karena Rasyid dinilai tidak mempunyai kemampuan dan kecakapan dalam berperang, maklum saja, ia tidak pernah belajar stategi ataupun cara berperang baik di sekolah maupun di tempat non formal.

Penolakan tersebut tidak lantas membuat semangat Rasyid untuk berjuang padam, ia terus berusaha agar bisa berkontribusi demi kemerdekaan bangsa. Setelah gagal masuk barisan tentara, ia melirik tempat lain, dan tempat tersebut adalah dapur. Setelah meminta izin kepada pemimpin serangan, akhirnya ia diperbolehkan mengisi satu tempat di dapur sebagai "tukang nyangu". Ia tergabung dalam tim yang bertugas menyediakan makanan untuk para tentara yang akan berperang.

Ya, pada akhirnya di sanalah ia berjuang. Di saat bala tentara menenteng bambu runcing untuk menancapkan semangat perjuangan bangsa Indonesia ke dalam dada para penjajah, ia hanya menenteng cukil[1]. Di saat bala tentara menahan sakitnya peluru kompeni, ia hanya menahan panasnya hawu[2]. Tetapi ingatlah, bisa jadi butiran-butiran nasi yang dimasak Rasyid menjadi energi bagi para tentara dan kemudian mengakibatkan Indonesia merdeka. Dan pada akhirnya, kita bisa memakan butiran-butiran nasi dari hasil bumi kita sendiri, dari hasil perjuangan para terdahulu kita, dari hasil perjuangan Rasyid.

Semoga, perjuangan Rasyid bisa memberikan inspirasi bagi kita, bahwa berjuang itu tak selamanya dengan senapan/senjata. Bahwa perjuangan itu bisa dilakukan dengan apa saja, termasuk dengan menenteng cukil.

Aku bangga padamu wahai Rasyid kakekku, sang pahlawan cukil 

-------------------------------------------------------------------------------
1. Cukil = Alat untuk mengaduk nasi
2. Hawu = Tempat memasak yang terbuat dari tanah

AKU PERCAYA PADAMU

          Berkenaan dengan menjaga keharmonisan rumah tangga, sejarawan muslim, diantaranya Martin Lings, Abdurrahman Asy-Syarqowy, Thariq Ramadhan, H.M.H Al-Hamid Al-Husaini, Muhammad Al-Ghazali, Abdul Munin Al-Hashimi, dan penulis-penulis shirah nabawiyah lainnya seolah sepakat menyertakan satu fragmen dalam kehidupan Nabi Muhammad saw. Fragmen tersebut adalah ketika Nabi Muhammad saw. pertama kali mendapat wahyu dari malaikat Jibril di Gua Hira.

        Ketika itu, Nabi Muhammad saw. pulang dari Gua Hira dan minta diselimuti oleh Khadijah. Nabi pun kemudian tertidur pulas seolah ketakutannya hilang. Di dalam tidurnya, dalam shirah yang di tulis H.M.H Al-Hamid Al-Husaini, terdapat keterangan bahwa Nabi menerima mimpi yang berupa penegasan bahwa dia adalah Nabi bagi umatnya. Ketika terbangun, dalam nada penuh keresahan, Nabi langsung menyampaikan mimpinya kepada Khadijah.

        "Wahai Khadijah, habislah sudah waktu untuk tidur dan beristirahat. Jibril menyampaikan titah Allah agar aku memberi peringatan kepada semua manusia, dan mengajak mereka supaya menyembah bersujud, dan hanya beribadah kepada Allah. Siapakah gerangan yang dapat ku ajak dan siapa pula yang akan menerima ajaranku?"

        Dari kalimat Nabi Muhammad saw. tampak jelas bahwa dia adalah Nabi bagi umatnya. Namun, dari kalimat itu juga tergambar kecemasan dan ketakutan Nabi tentang misi yang diembannya. Dalam banyak literatur, kita pun akan menemukan bahwa saat itu juga Khadijah menyatakan keimanannya dengan mengucap lafadz syahadat. Namun, dalam catatan H.M.H Al-Hamid Al-Husaini, sebelum Khadijah mengucapkan syahadat, beliau mengucapkan kalimat hebat yang diucapkannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan,"Aku percaya padamu, kekasihku."

         Itulah yang diucapkan Khadijah kepada Nabi Muhammad saw. yang masih dirundung cemas atas risalah yang telah diembannya. Kalimat itulah yang lalu mengubah Nabi Muhammad saw. menjadi sosok yang kuat dan siap menyebarkan Islam, meski tidak sedikit rintangan. Kalimat "Aku percaya padamu" itulah yang buahnya kita nikmati hingga kini berupa iman dan islam yang berhasil ditanamkan kedalam setiap hati.

        Jadi, kalau mau direnungkan lebih dalam, Islam menyebar dan menyentuh banyak hati bukan hanya oleh pedang dan cecerah darah saja, melainkan islam menyebar dan menyinari manusia serta membebaskan manusia dari kegelapan adalah karena kalimat dahsyat yang diucapkan dengan tulus dan ikhlas oleh Khadijah kepada Nabi Muhammad saw., suaminya.



# Menyadur dari artikel di salah satu majalah :D