WELCOME !

Selamat datang teman-teman semua, di blog ini Insya Allah kita dapat memetik manfaatnya..

Kamis, 21 Agustus 2014

Bismillah


Setelah cukup lama tak menulis dikarenakan tersibukan oleh beberapa kegiatan, akhirnya bisa menulis lagi. Inspirasi tulisan ini saya dapatkan setelah menonton film Angels and Demons yang diangkat dari novel karya Dan Brown dengan judul yang sama dan dilanjut dengan membaca novel KEMI 2 karya Adian Husaini. Highly Recommended lah buat dua karya besar ini! :)

         Sebelum zaman Renaissance pada abad ke-14, gereja sebagai sumber dogma-dogma kristen mendominasi seluruh aspek kehidupan manusia khusunya di Eropa. Keputusan gereja yang bersifat mutlak tidak dapat dibantahkan walau dengan kebenaran yg dapat dibuktikan secara ilmiah.Sebut saja Galileo Galilei dan Nicolas Copernicus yang menjelaskan serta meyakini teori Heliosentris (Matahari sebagai pusat tata surya) yang menghempaskan teori geosentris ala gereja (Bumi sebagai pusat tata surya). Akibat perbedaan inilah mereka divonis mati.
         Saat itu memang saat-saat yang gelap gulita bagi perkembagan ilmu pengetahuan. Bagi sebagian orang, khususnya mereka yg mengagungkan ilmu pengetahuan, sudah barang tentu kejadian ini memupuk dan menumbuhkan rasa benci bagi gereja (agama), sebut saja Illuminati, sebuah gerakan bawah tanah yang mempunyai keyakinan bahwa agama sudah tidak relevan lagi dengan zaman yang semakin modern dan tidak boleh menjadi landasan dalam kehidupan manusia karena hanya akan menjadikan manusia sebagai sesuatu yg jumud, mandek dan tidak berkembang. Bahkan mereka meyakini bahwa ilmu pengetahuan bisa mengalahkan agama. Akhirnya, mereka dapat membuktikan bahwa setelah Renaissance, Eropa yang sudah mulai melepaskan diri dari dogma dogma agama menjadi maju, bahkan menjadi pusat peradabaan sampai sekarang.
         Dari fakta sejarah di atas, tidak salah kiranya jika saya mengatakan bahwa cara berpikir seperti inilah yang kemudian mendukung atau bahkan melahirkan paham sekularisme, di mana paham ini menolak dominasi agama dalam seluruh aspek kehidupan. Dunia harus dipisahkan dengan akhirat.
         Di Indonesia sendiri paham ini sudah sangat merajalela pada seluruh lapisan masyarakat. Percaya atau tidak, terasa atau tidak, di negara yang berpenduduk mayoritas muslim banyak diantara muslim-muslim itu sendiri yang menolak syariat islam sebagai landasan hidup bernegara. Banyak alasan mengapa mereka menolak. Ada yang mengatakan bahwa syariat islam hanya akan menindas minoritas (non-islam), ataupun ada yg berasumsi bahwa syariat hanya akan memecah belah rakyat yang mejemuk dan heterogen. Tak heran jika mereka berpikiran seperti itu karena fakta sejarah yang menjadi dasar pemikirannya adalah Eropa. Dimana orang-orang eropa yang bahkan sampai saat ini tidak bisa mengkolaborasikan agama dan sains sebagai sesuatu yang harmonis. Padahal jika seseorang menjalankan agama tanpa ilmu, niscara ia akan tertinggal. Dan jika ia memegang erat ilmu pengetahuan tanpa didasari agama, niscaya ia akan celaka. Albert Einstein mengatakan, "Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang!"
         Islam sebagai rahmatan lil-alamin memang mengajarkan umatnya untuk senantiasa melihat sejarah, apapun itu. Karena dengan melihat sejarah, orang akan mendapatkan pelajaran dan hikmah dalam setiap kejadian dan fakta sejarah yang ia ketahui. Namun tentu dalam memahami sejarah pun kita harus selektif, jangan menelan sejarah tersebut bulat-bulat. Kita harus bisa mencocokkan fenomena sejarah yang dapat dijadikan contoh untuk permasalahan saat ini.
         Khushushan untuk polemik di Indonesia terkait dengan agama (syariat islam) yang ingin dijadikan dasar negara, saya pikir sangat keliru jika kita melihat dan mengambil contoh pada Eropa. Tetapi lihatlah Rasulullah dan KhulafaurRasyidin. Mereka mampu mempersatukan umat yang berbeda agama dalam satu naungan yaitu syariat Islam. Aman, tentram, damai, itulah yang dirasakan saat Islam mengatur kehidupan seluruh manusia saat itu. Ya, karena islam adalah syamil (mencakup segala sendi-sendi kehidupan). Jika ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan dengan islam, maka orang tersebut belum sepenuhnya membaca dan memahami islam.

Wallahu'alam Bishshawab...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar