Lahir di awal abad ke-20 membuat Rasyid harus berusaha menyingkirkan para penjajah dan memperjuangkan hak dirinya, keluarganya serta tanah airnya. Namun, karena keterbatasan finansial ia tak bisa seperti Soekarno ataupun Hatta yang mengenyam bangku pendidikan. Walau begitu, semangat perjuangannya tetap berkobar-kobar.
Pada suatu hari di tahun 40-an sebelum kemerdekaan, Rasyid mendapat informasi bahwa akan dilaksanakan penyerangan terhadap penjajah di daerah Renglasdengklok (tempat Soekarno di culik oleh para pemuda). Mendengar informasi tersebut, Rasyid begitu bersemangat untuk ikut serta berjuang menumpas penjajahan di Indonesia. Sayangnya, Rasyid ditolak untuk bergabung ke dalam barisan tentara yang akan melakukan serangan karena Rasyid dinilai tidak mempunyai kemampuan dan kecakapan dalam berperang, maklum saja, ia tidak pernah belajar stategi ataupun cara berperang baik di sekolah maupun di tempat non formal.
Penolakan tersebut tidak lantas membuat semangat Rasyid untuk berjuang padam, ia terus berusaha agar bisa berkontribusi demi kemerdekaan bangsa. Setelah gagal masuk barisan tentara, ia melirik tempat lain, dan tempat tersebut adalah dapur. Setelah meminta izin kepada pemimpin serangan, akhirnya ia diperbolehkan mengisi satu tempat di dapur sebagai "tukang nyangu". Ia tergabung dalam tim yang bertugas menyediakan makanan untuk para tentara yang akan berperang.
Ya, pada akhirnya di sanalah ia berjuang. Di saat bala tentara menenteng bambu runcing untuk menancapkan semangat perjuangan bangsa Indonesia ke dalam dada para penjajah, ia hanya menenteng cukil[1]. Di saat bala tentara menahan sakitnya peluru kompeni, ia hanya menahan panasnya hawu[2]. Tetapi ingatlah, bisa jadi butiran-butiran nasi yang dimasak Rasyid menjadi energi bagi para tentara dan kemudian mengakibatkan Indonesia merdeka. Dan pada akhirnya, kita bisa memakan butiran-butiran nasi dari hasil bumi kita sendiri, dari hasil perjuangan para terdahulu kita, dari hasil perjuangan Rasyid.
Semoga, perjuangan Rasyid bisa memberikan inspirasi bagi kita, bahwa berjuang itu tak selamanya dengan senapan/senjata. Bahwa perjuangan itu bisa dilakukan dengan apa saja, termasuk dengan menenteng cukil.
Aku bangga padamu wahai Rasyid kakekku, sang pahlawan cukil
------------------------------
1. Cukil = Alat untuk mengaduk nasi
2. Hawu = Tempat memasak yang terbuat dari tanah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar