WELCOME !

Selamat datang teman-teman semua, di blog ini Insya Allah kita dapat memetik manfaatnya..

Kamis, 26 Juni 2014

Lagi, jika tak mampu..

Dulu, saya pernah mendengar sebuah kisah. Entah hadis atau bukan, yang jelas begini kisahnya..

        Ada dua orang lelaki yang memiliki pemahaman yang dalam terhadap agama. Dua duanya memilki semangat dakwah yang menggebu-gebu. Suatu hari, ke-dua lelaki ini diminta mengisi khutbah di kampung sebelah. Namun, mereka harus menyebrangi sebuah sungai besar agar dapat sampai ke tempat tujuan.
        Beberapa waktu sebelum keberangkatan mereka, hujan turun sangat deras sehingga mengakibatkan air sungai meluap. Jika memaksakan untuk menyebrangi sungai, akan sangat berbahaya. Di saat seperti inilah muncul perbedaan pendapat di antara ke-dua lelaki tersebut. Lelaki yang pertama memilih maju terus walau harus menyebrangi sungai yang dapat merenggut nyawanya kapan saja. Sementara lelaki kedua memilih mundur karena merasa ragu bisa menyebrangi sungai yang begitu tinggi dan deras airnya.
        Walaupun berbeda pendapat dan tindakan, keduanya tetap dibenarkan. Lelaki pertama merasa yakin dirinya bisa menyebrangi sungai, ia juga berpikir bahwa dakwah tentu mempunyai risiko. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun untuk berdakwah, termasuk kesempatan berkhutbah di kampung sebelah. Semangat dakwahnya begitu berkobar sebagaimana orang yang baru saja melihat surga. Ia berpikir jika ia mati dalam perjalanannya berdakwah, maka surga-dengan segala kenikmatan- yang akan menjadi balasannya.
        Lelaki kedua pun dibenarkan atas pendapat dan tindakannya. Ia merasa ragu bisa menyebrangi sungai dengan selamat, akhirnya ia memilih mundur karena ia tahu setiap yang meragukan harus ditinggalkan. Ia juga berpikir bahwa di dalam berdakwah tidak boleh ceroboh, ada hak-hak yang harus dipenuhi saat berdakwah, salah satunya keselamatan. Seorang yang sedang berperang tetap harus menjaga keselamatannya, tidak bisa menancabkan dirinya pada tombak musuh agar ia menjadi syahidin. 

Islam itu tidak sulit, bahkan mudah. Ketika kita tidak sanggup shalat dengan berdiri, maka shalatlah dengan cara duduk, jika tak mampu dengan duduk, berbaring, jika tak mampu berbaring, dengan isyarat. Ketika kita tidak kuat untuk shaum sampai terbenam matahari, maka berbukalah. Jika kita tak mampu untuk berzakat/infak, tak usah. 
Intinya, jika tak mampu, jangan memaksakan, namun tetaplah berusaha sekemampuan :)(Menemani detak jarum jam menikamati malam, 11.58 pm) 

Selasa, 03 Juni 2014

Pergi

         Kali ini malam tak bisa menguatkanku. Tiap kali ku meninggi ke atas langit tuk mencari jawaban tapi awan tak mengizinkanku. Ku coba menyelam ke dalam laut tapi dia enggan dan membeku. Aku terdampar di bumi dengan seribu tanya.
Apa yang harus aku lakukan?
Mungkinkah ini akan berakhir?

"Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya, dan tenteram pula dalam hati. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa, dan ragu-ragu dalam hati, meski orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkanmu."[1]

        Sudah ku putuskan, aku harus pergi meninggalkan kegelapan ini walau harus merelakan bintang. Sudah ku tetapkan, aku harus berlari menuju pagi. Menyapa siang menuju kehidupan yang baru, meski ku tahu siang tak selamanya indah; menusuk relung hati dengan teriknya sinar mentari. Karena aku hanya seorang lelaki yang merasakan dinginnya angin malam dan teriknya matahari.

*Pembaringan, 11.21
[1]. HR. Muslim