WELCOME !

Selamat datang teman-teman semua, di blog ini Insya Allah kita dapat memetik manfaatnya..

Senin, 16 Desember 2013

MEMULAI DARI AKHIR

Seseorang haruslah memiliki tujuan. Karena dengan tujuan, hidup seseorang akan terarah. Tatkala seseorang mempunyai tujuan maka ia akan berusaha untuk menggapai tujuan tersebut, tentu saja dengan langkah-langkah atau konsep yang telah ia susun secara matang. Tetapi ketika seseorang tidak memiliki tujuan, maka hidupnya akan hambar dan tanpa arah.
Perumpamaan yang sering kita dengar, ketika kita menggunakan jasa taksi, maka sopir taksi tersebut akan bertanya tentang tujuan akhir kita. “Mau kemana mas?”. Ketika kita memberitahukan tujuan akhir kita, maka sopir tersebut akan langsung memikirkan jalan mana yang akan mengantarkannya ke tempat yang dituju. Tetapi jika jawaban kita “Nggak tau pak sopir”, sudah dipastikan bahwa si sopir akan kebingungan dan menyuruh kita turun dari taksinya seraya berkata “Dasar wong edan!
Allah berfirman dalam Al-Quran:
tûøïr'sù tbqç7ydõs? ÇËÏÈ     
 “Maka kemanakah kalian pergi?”  (QS. At-Takwir : 26)
            Jawaban setiap orang untuk pertanyaan Allah tersebut pastilah “surga”. Setiap orang menghendaki dirinya berakhir di surga (moksa=Hindu, nirwana=Budha). Setelah menentukan tujuan akhir kita adalah surga, maka yang harus kita pikirkan selanjutnya adalah bagaimana caranya kita dapat mencapai surga.
            Al-quran sebagai petunjuk¹ tentu memuat cara-cara yang harus kita lakukan untuk dapat sampai ke surga. Cara yang harus kita lakukan agar mendapat predikat ahli surga adalah:
a.       Surga hanya diperuntukkan bagi orang yang bertakwa

* (#þqããÍ$yur 4n<Î) ;otÏÿøótB `ÏiB öNà6În/§ >p¨Yy_ur $ygàÊótã ßNºuq»yJ¡¡9$# ÞÚöF{$#ur ôN£Ïãé& tûüÉ)­GßJù=Ï9 ÇÊÌÌÈ  
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali-Imran : 133)

Dari ayat tersebut, sangat jelas bagi kita bahwa orang yang akan dimasukkan kedalam surga adalah orang-orang yang bertakwa. Adapun orang-orang yang bertakwa adalah orang yang menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan².
Setelah mengetahui bahwasannya surga itu diperuntukkan bagi orang yang bertakwa, maka muncul pertanyaan “Bagaimana caranya supaya kita mendapat predikat orang yang bertakwa?”

b.      Predikat takwa didapat dengan beribadah
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3­/u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇËÊÈ  
“Hai manusia, beribadahlah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah : 21)

Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya. Baik perkataan maupun perbuatan, baik yang tersembunyi (bathin) maupun yang nampal (lahir).³

ö@è% bÎ) óOçFZä. tbq7Åsè? ©!$# ÏRqãèÎ7¨?$$sù ãNä3ö7Î6ósムª!$# öÏÿøótƒur ö/ä3s9 ö/ä3t/qçRèŒ 3 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÌÊÈ  
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Ali-Imran :31)

Kemudian muncul kembali pertanyaan, “Ibadah yang seperti apa yang akan menjadikan kita menjadi orang-orang yang bertakwa?”

c.       Ibadah yang mengantarkan kita kepada predikat takwa adalah ibadah yang dilandasi dengan niat ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ  
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah : 5)
Seluruh ibadah yang kita lakukan harus ditujukan untuk Allah semata. Walaupun seseorang beribadah siang dan malam, jika tidak ikhlash (dilandasi tauhid) maka sia-sialah amal tersebut.
Ketahuilah, ibadah bukanlah produk akal atau perasaan manusia. Ibadah merupakan sesuatu yang diridhoi Allah, dan kita tidak akan mengetahui apa yang diridhoi Allah kecuali setelah Allah mengabarkan dan disampaikan kembali oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan seluruh kebaikan telah diajarkan Rosulullah, tidak tersisa sedikit pun. Tidak ada dalam kamus ibadah sesorang melaksanakan sesuatu karena menganggap ini baik, padahal Rasululah tidak pernah mencontohkannya. Sehingga tatkala ditanya, “Mengapa engkau melakukan ini?” lalu ia menjawab, “Bukankah ini sesuatu yang baik? Mengapa engkau melarang aku dari melakukan yang baik?” Saudaraku, bukan akal dan perasaanmu yang menjadi hakim baik buruknya. Apakah engkau merasa lebih taqwa dan shalih ketimbang Rasulullah dan para sahabatnya? Ingatlah sabda Rosulullah "Barangsiapa yang melakukan satu amalan (ibadah) yang tiada dasarnya dari kami maka ia tertolak.”
            ILMU, adalah kunci membongkar kebodohan, dengan ilmu kita akan mengetahui mana yang sesuai dengan contoh dan tuntunan Rasulullah. Dengan ilmu pula kita kita akan terhindar dari syrik, bid’ah, taqlid dsb. Tentunya, ilmu tidak datang dengan sendirinya. Ilmu pula bukan warisan dari orang tua kita, tapi ilmu adalah hasil dari proses belajar.

Oleh karenanya,
Belajarlah meniru Rasul
Belajarlah beribadah yang benar
Belajarlah menjadi orang yang bertakwa
Belajarlah meraih surga
Belajarlah bertemu dengan Allah sumber segala kebahagiaan
Tentunya, pelajari semua itu dengan lillahi ta’ala

Wallahu’alam Bishshawab ^^

¹ Al-Baqarah ayat 2
² Imam Ar-Raghib Al-Asfahani [Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an, hal 531]
³ Ibnu Taimiyyah
 Imam Al-Ghazali
HR. Muslim




Tidak ada komentar:

Posting Komentar