“MEMULAI DARI AKHIR”
Seseorang
haruslah memiliki tujuan. Karena dengan tujuan, hidup seseorang akan
terarah. Tatkala
seseorang mempunyai tujuan maka ia akan berusaha untuk
menggapai tujuan tersebut, tentu saja dengan
langkah-langkah atau konsep yang telah ia susun
secara matang.
Tetapi ketika seseorang tidak memiliki tujuan, maka hidupnya akan hambar dan
tanpa arah.
Perumpamaan yang sering kita
dengar, ketika kita menggunakan jasa taksi, maka sopir taksi tersebut akan
bertanya tentang tujuan akhir kita. “Mau kemana mas?”. Ketika kita
memberitahukan tujuan akhir kita, maka sopir tersebut akan langsung memikirkan
jalan mana yang akan mengantarkannya ke tempat yang dituju. Tetapi jika jawaban
kita “Nggak tau pak sopir”, sudah dipastikan bahwa si sopir akan
kebingungan dan menyuruh kita turun dari taksinya seraya berkata “Dasar wong
edan!”
Allah berfirman dalam Al-Quran:
tûøïr'sù tbqç7ydõ‹s? ÇËÏÈ
“Maka
kemanakah kalian pergi?” (QS. At-Takwir :
26)
Jawaban
setiap orang untuk pertanyaan Allah tersebut pastilah “surga”. Setiap orang
menghendaki dirinya berakhir di surga (moksa=Hindu, nirwana=Budha). Setelah
menentukan tujuan akhir kita adalah surga, maka yang harus kita pikirkan
selanjutnya adalah bagaimana caranya kita dapat mencapai surga.
Al-quran
sebagai petunjuk¹ tentu memuat cara-cara yang harus kita lakukan untuk dapat
sampai ke surga. Cara yang harus kita lakukan agar mendapat predikat ahli surga
adalah:
a. Surga hanya diperuntukkan bagi
orang yang bertakwa
* (#þqããÍ‘$y™ur 4’n<Î) ;otÏÿøótB `ÏiB öNà6În/§‘ >p¨Yy_ur $ygàÊótã ßNºuq»yJ¡¡9$# ÞÚö‘F{$#ur ôN£‰Ïãé& tûüÉ)GßJù=Ï9 ÇÊÌÌÈ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa” (QS.
Ali-Imran : 133)
Dari ayat tersebut, sangat jelas bagi kita
bahwa orang yang akan dimasukkan kedalam surga adalah orang-orang yang
bertakwa. Adapun orang-orang yang bertakwa adalah orang yang menjaga jiwa dari
perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang
dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan².
Setelah mengetahui bahwasannya surga itu
diperuntukkan bagi orang yang bertakwa, maka muncul pertanyaan “Bagaimana
caranya supaya kita mendapat predikat orang yang bertakwa?”
b. Predikat takwa didapat dengan
beribadah
$pkš‰r'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#r߉ç6ôã$# ãNä3/u‘ “Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs? ÇËÊÈ
“Hai manusia, beribadahlah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah : 21)
Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup
segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya. Baik perkataan maupun
perbuatan, baik yang tersembunyi (bathin) maupun yang nampal (lahir).³
ö@è% bÎ) óOçFZä. tbq™7Åsè? ©!$# ‘ÏRqãèÎ7¨?$$sù ãNä3ö7Î6ósムª!$# öÏÿøótƒur ö/ä3s9 ö/ä3t/qçRèŒ 3 ª!$#ur Ö‘qàÿxî ÒO‹Ïm§‘ ÇÌÊÈ
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS.
Ali-Imran :31)
Kemudian muncul kembali pertanyaan, “Ibadah
yang seperti apa yang akan menjadikan kita menjadi orang-orang yang bertakwa?”
c. Ibadah yang mengantarkan kita
kepada predikat takwa adalah ibadah yang dilandasi dengan niat ikhlas dan
sesuai dengan tuntunan Rasulullah.⁴
!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#r߉ç6÷èu‹Ï9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJ‹É)ãƒur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨“9$# 4 y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah : 5)
Seluruh ibadah
yang kita lakukan harus ditujukan untuk Allah semata. Walaupun seseorang
beribadah siang dan malam, jika tidak ikhlash (dilandasi tauhid) maka
sia-sialah amal tersebut.
Ketahuilah,
ibadah bukanlah produk akal atau perasaan manusia. Ibadah merupakan sesuatu
yang diridhoi Allah, dan kita tidak akan mengetahui apa yang diridhoi Allah
kecuali setelah Allah mengabarkan dan disampaikan kembali oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan
seluruh kebaikan telah diajarkan Rosulullah, tidak tersisa sedikit pun. Tidak ada dalam kamus ibadah sesorang
melaksanakan sesuatu karena menganggap ini baik, padahal Rasululah tidak pernah mencontohkannya. Sehingga
tatkala ditanya, “Mengapa
engkau melakukan ini?” lalu
ia menjawab, “Bukankah
ini sesuatu yang baik? Mengapa engkau melarang aku dari melakukan yang baik?” Saudaraku, bukan akal dan perasaanmu
yang menjadi hakim baik buruknya. Apakah engkau merasa lebih taqwa dan shalih
ketimbang Rasulullah dan
para sahabatnya? Ingatlah sabda Rosulullah "Barangsiapa
yang melakukan satu amalan (ibadah) yang tiada dasarnya dari kami maka ia
tertolak.”⁵
ILMU,
adalah kunci membongkar kebodohan, dengan ilmu kita akan mengetahui mana yang
sesuai dengan contoh dan tuntunan Rasulullah. Dengan ilmu pula kita kita akan
terhindar dari syrik, bid’ah, taqlid dsb. Tentunya, ilmu tidak datang dengan
sendirinya. Ilmu pula bukan warisan dari orang tua kita, tapi ilmu adalah hasil
dari proses belajar.
Oleh karenanya,
Belajarlah meniru Rasul
Belajarlah beribadah yang
benar
Belajarlah menjadi orang
yang bertakwa
Belajarlah meraih surga
Belajarlah bertemu dengan
Allah sumber segala kebahagiaan
Tentunya, pelajari semua itu
dengan lillahi ta’ala
Wallahu’alam Bishshawab ^^
¹ Al-Baqarah ayat 2
² Imam
Ar-Raghib Al-Asfahani [Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an, hal 531]
³ Ibnu Taimiyyah
⁴Imam Al-Ghazali
⁵ HR. Muslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar